Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Selasa, 10 Oktober 2017

Buku Pertamaku (Tulisan Jagoan Kecilku)



Aku senang membaca buku sejak kelas satu Madrasah Ibtidaiyah (MI). Aku membaca buku-buku cerita fabel, pesawat, kereta api, kapal, helikopter, tentang nabi, buku petualangan, buku-buku tentang pendidikan karakter, buku ensiklopedia, buku tentang benda-benda langit, tentang Dinosaurus, tentang buah-buahan, dan masih banyak buku yang lainnya.
Aku merasa sangat senang saat membaca buku cerita. Buku yang paling aku suka adalah buku tentang Dinosaurus. Alasan aku suka  membaca buku tentang Dinosaurus karena aku belum pernah melihat Dinosaurus karena waktu itu aku belum lahir. Ternyata dari buku yang aku baca banyak sekali macamnya. Dari beberapa macam Dinosaurus itu yang aku kenal adalah jenis Ultrasaurus dan Tireks. Tireks adalah jenis Dinosaurus pemakan daging, sedangkan Ultrasaurus termasuk pemakan tumbuhan.
Aku membaca buku-buku tersebut dari membeli dan pinjam dari perpustakaan di sekolah. Aku membeli buku dari beberapa toko buku yang ada di kota Yogyakarta dan kota Solo. Buku-buku tersebut dibelikan oleh bundaku. Bundaku sering ke toko buku sekaligus membelikanku buku-buku yang kusuka. Alasan bunda membelikan aku buku agar aku suka membaca dan menjadi anak yang berpengetahuan luas. Ketika ada bazar buku, aku sangat senang. Aku suka memborong buku di bazar-bazar buku di kota Yogyakarta. Sehingga bukuku sangat banyak dan aku menyimpannya di rak buku, juga ada beberapa buku yang diberikan kepada murid-murid bundaku.
Selain membeli buku, aku juga meminjam di perpustakaan sekolah. Di perpustakaan sekolahku ada ribuan buku. Buku di perpustakaan sekolahku boleh dipinjam untuk dibaca di rumah. Pustakawan sekolahku dulu bernama Bu Novita dan sekarang bernama Bu Anis. Dia sangat ramah, jika meminjam buku selain siswa kelas satu harus memiliki buku khusus. Saat meminjam buku harus antre untuk lapor dan menyerahkan buku bukti meminjam.
Di sekolahku pada setiap hari Sabtu ada program Sabtu membaca. Ketika duduk di kelas dua aku pernah maju di hadapan teman-teman satu sekolah untuk bercerita. Setiap anak yang maju bercerita mendapatkan hadiah dari pustakawan. Karena aku sudah berani bercerita aku mendapat hadiah berupa alat tulis. Aku sangat senang dan bersemangat.
Selain membaca, bercerita, aku juga suka menulis. Aku suka menulis beberapa pengalamanku. Aku ceritakan di buku tulis khusus. Bunda membimbingku untuk menulis pengalamanku. Tulisan yang aku tulis di buku, ternyata diambil oleh bunda dan dibukukan. Aku punya satu buku bergambar yang disusun oleh bunda. Aku berharap itu adalah buku pertama dan akan ada buku yang kedua dan seterusnya.
Buku yang kutulis berisi tentang pengalamanku. Buku itu diberi judul “Pengalaman yang Menyenangkan”. Isinya tentang semua pengalaman menyenangkan baik di rumah ataupun di sekolah. Aku akan menceritakan isi buku pertamaku.
Aku bercerita tentang pengalaman pertamaku bercerita di Sabtu Membaca. Pertama kalinya mendapatkan hadiah karena bercerita dari buku yang aku baca berjudul “di Rumah Sendiri”. Selanjutnya bercerita tentang liburanku bersama keluarga ke Goa Pindul Yogyakarta. Liburan sekolah telah tiba. Aku berlibur bersama keluarga ke Goa Pindul. Untuk masuk ke Goa Pindul harus menyusuri sungai sepanjang 300 m. Aku memakai pelampung dan naik perahu karet yang terbuat dari ban mobil.
Aku juga bercerita tentang senangnya bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri bersama keluarga. Lebaran sangat menyenangkan berkumpul bersama keluarga. Cerita selanjutnya tentang kegiatan jeda semester di sekolah. Aku ikut lomba baca puisi dan mendapat juara satu. Pengalaman yang sangat menyenangkan. Karena waktu itu aku masih kelas dua.
Aku juga bercerita tentang menanam cocor bebek di pot buatanku sendiri. Aku membuat pot sendiri di rumah. Aku sangat senang bisa menanam di pot buatanku. Itu cerita tentang buku pertamaku. #Naufal

Pembelajaran Efektif yang Murah tetapi Menyenangkan


Belajar menyenangkan dan efektif tidak harus dengan biaya mahal. Banyak media yang dapat kita manfaatkan tanpa harus mengeluarkan biaya. Alam merupakan salah satu media yang disediakan Tuhan Yang Maha Esa untuk kita manfaatkan. Banyak yang dapat dimanfaatkan dari alam tanpa merusaknya tetapi tetap menjaga kelestariannya. Pembelajaran dengan alam sekitar selain hemat juga  mudah dipahami oleh siswa, terutama siswa sekolah dasar yang masih belajar dengan benda konkret. Siswa sekolah dasar belajar terstruktur mulai dari yang mudah ke sulit. Perlu proses untuk memahami pengetahuan.
Pembelajaran sekolah dasar dengan mata pelajaran terpadu dalam sebuah tema, menuntut seorang guru lebih kreatif .  Guru  harus pandai mengambil hati siswa dan mengundang perhatian mereka. Bagaimana cara memberikan pembelajaran yang efektif kepada siswa sekolah dasar yang menyenangkan tetapi tidak menghabiskan biaya yang mahal? Setiap guru punya metode sendiri untuk mencuri perhatian siswanya. Tetapi di sini penulis akan berbagi tentang pembelajaran efektif dengan biaya murah tetapi menyenangkan.
Pembelajaran tematik yang diberlakukan  di sekolah dasar untuk kurikulum KTSP 2013 telah mengajarkan penulis tentang alam sekitar yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran di kelas dan luar kelas. Semua mata pelajaran dapat dikaitkan dengan alam begitu juga Matematika. Jika selama ini alam sering dikaitkan hanya dengan mata pelajaran IPA, maka penulis sekarang sering memanfaatkan alam untuk belajar apa pun. Ada beberapa contoh pembelajaran menyenangkan yang sering penulis terapkan dalam belajar di kelas dan luar kelas.
Pertama, belajar Matematika materi pecahan. Menanamkan konsep pecahan dalam pembelajaran Matematika untuk siswa sekolah dasar terutama kelas empat tidaklah mudah. Mereka membutuhkan benda konkret untuk mengenal pecahan. Penulis  menggunakan buah atau daun kering. Siswa diminta membawa buah-buahan yang dipetik dari kebun atau membeli di pasar. Pilih buah yang harganya murah saat itu. Setiap siswa membawa buah dari rumah dan akan dipotong oleh guru. Ingat, siswa tidak boleh membawa benda tajam sendiri, guru yang harus memotong buah. Buah dipotong sesuai dengan kebutuhan, diusahakan jumlah potongan bervariasi agar siswa mengenal pecahan lebih banyak.
Selain buah, daun kering juga bisa dipakai untuk pembelajaran pecahan. Caranya daun dilipat menjadi beberapa lipatan sama besar. Dengan alat peraga buah atau daun ini, siswa  berdiskusi dengan kelompoknya melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan. Dengan melakukan percobaan mereka akan memecahkan masalah secara bersama-sama. Jangan lupa siswa juga diberi kesempatan mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Hal ini untuk menambah motivasi siswa dan melatih keberanian berbicara.
Kedua, memanfaatkan alam sekitar dalam pembelajaran IPA. Mata pelajaran IPA terutama berkaitan dengan hewan dan tumbuhan sangat cocok dengan pembelajaran di luar kelas. Mengajak siswa menemukan sendiri contoh, permasalahan, dan pemecahannya dari pengamatan lingkungan. Mata pelajaran IPA sangat cocok dengan metode inquiry. Dengan metode ini siswa akan menemukan masalah dan melakukan pengamatan. Contoh dalam pembelajaran jenis tulang daun di kelas 4. Ketika siswa belajar tentang macam-macam tulang daun, mereka mengamati bentuk daun yang mereka temukan dan akan mengklasifikasikan jenisnya.
Memanfaatkan alam sekitar dalam pembelajaran tidak hanya untuk mata pelajaran IPA. Mata pelajaran yang lain juga bisa diterapkan. Pembelajaran IPS tentang profesi, penampakan alam, jual beli, dan lainnya dapat dikenalkan dari lingkungan. Proses pembelajaran dengan melihat secara langsung akan mempermudah siswa memahami. Mata pelajaran Bahasa Indonesia materi wawancara yang ditemakan dengan PKN dapat dilakukan di luar kelas. Ketika melakukan wawancara dengan narasumber, etika dan sikap dapat sekaligus diajarkan. Mereka akan mempelajari bagaimana cara bersikap yang benar kepada orang lain.
Ketiga, memanfaatkan barang bekas untuk membuat alat peraga. Alat peraga sangat dibutuhkan dalam pembelajaran. Mata pelajaran apa pun membutuhkannya. Alat peraga membantu siswa dalam belajar. Alat peraga dapat dibuat dari lingkungan sekitar termasuk memanfaatkan barang bekas. Contoh barang bekas yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan alat peraga adalah botol air mineral, kertas bekas, sendok plastik, sedotan plastik, dan barang lainnya. Dalam memanfaatkan barang bekas harus hati-hati. Perlu diperhatikan penggunaannya.
Barang bekas yang dapat dimanfaatkan adalah barang bekas bukan dari bahan berbahaya atau mengandung zat kimia beracun. Kaleng obat nyamuk, atau botol obat tidak boleh dimanfaatkan untuk kegiatan ini. Zat kimia atau obat-obatan yang terkandung di dalam botol dapat membahayakan siswa. Pastikan barang bekas yang dipakai aman untuk siswa. Dampingi siswa ketika membuat alat peraga tersebut untuk menghindari kejadian buruk.
Alat peraga dari barang bekas yang dapat dibuat misalnya, kincir dari sendok plastik. Kincir ini juga dapat dipadukan dengan sendal jepit yang sudah tidak terpakai. Gelas air mineral juga dapat dimanfaatkan untuk membuat kincir. Kertas kardus sepatu atau kertas mika plastik dapat dibuat kincir angin. Mainan elektrik yang sudah rusak dapat dimanfaatkan dinamonya untuk menciptakan kincir sumber energi baterai. Kaleng susu yang sudah dicuci bersih dapat dimanfaatkan untuk membuat celengan atau vas bunga.  Alat peraga menarik tetapi murah.
 Keempat, membuat game edukatif yang menarik. Banyak permainan yang dapat diciptakan guru untuk membantu siswa belajar. Beberapa contoh game  yang penulis buat untuk pembelajaran. Belajar tentang kelipatan persekutuan terkecil (KPK) mata pelajaran matematika misalnya. KPK  sudah dikenalkan di kelas empat. Awalnya sangat susah untuk memahamkan siswa tentang materi ini. Dibutuhkan alat peraga yang sesuai untuk menjelaskan kepada siswa. Melalui permainan tepuk ternyata cukup membuat siswa paham tentang KPK.
Permainan ini dimulai dengan pembagian kelompok sesuai kebutuhan. Setiap kelompok akan bertepuk ketika bilangan kelipatan yang disebut oleh guru disebut. Contoh menentukan KPK dari 4 dan 6. Kelompok A bertepuk setiap kelipatan 4 disebut dan kelompok B bertepuk setiap kelipatan 6 disebut. Guru berhitung mulai dari bilangan 1. Ketika dua kelompok bertepuk bersamaan itulah KPK dari dua bilangan tersebut. Tepuk tangan bersamaan yang pertama disebut KPK sedang tepuk tangan selanjutnya disebut kelipatan persekutuan.
Selain dengan tepuk belajar kelipatan dapat juga dilakukan dengan permainan lainnya. Dengan loncatan atau membagi kerikil misalnya. Siswa membagi kerikil berdasarkan kelipatan sebuah bilangan. Ketika siswa di bilangan yang sama itu yang disebut kelipatan persekutuan dan bilangan pertama yang mendapatkan kerikil bersamaan untuk pertama kalinya itulah kelipatan persekutuan terkecil. Permainan ini tidak membutuhkan biaya tetapi cukup menyenangkan efektif untuk penanaman konsep.
Kelima, membuat cerita bergambar untuk memotivasi siswa senang membaca dan menulis. Media gambar dengan deskripsi menarik perhatian siswa. Ketika siswa bosan membaca teks bacaan di buku yang monoton atau cenderung tanpa gambar,  guru dapat menyiasati  dengan gambar bercerita. Gambar bisa didapatkan dari internet atau dari hasil karya siswa. Dengan media gambar ini sekaligus melatih siswa menulis. Gambar yang dibuat siswa dapat diberikan deskripsinya. Beberapa gambar yang sengaja dibuat oleh guru dan dideskripsikan siswa dapat dijadikan buku. Beberapa kumpulan deskripsi siswa yang dibukukan akan menarik siswa untuk senang membaca dan menulis.
Beberapa pembelajaran efektif di atas dapat diterapkan oleh semua guru. Tanpa biaya mahal tetapi cukup menyenangkan dan efektif .  Pembelajaran efektif dan kreatif diciptakan untuk membantu siswa belajar. Sehingga tetap dibutuhkan penekanan pada materi-materi tertentu untuk mempertegas materi yang dipelajari. Setiap pembelajaran dibutuhkan refleksi untuk memperbaiki mutu pembelajaran selanjutnya. Setelah refleksi perlu ada evaluasi dan perbaikan, mengingat semua proses pasti kelebihan dan kelemahan. Dengan demikian pembelajaran selalu ada perbaikan-perbaikan yang diharapkan akan membawa peningkatan mutu pendidikan.