Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Jumat, 20 April 2018

Memperingati Hari Kartini Tanpa Kebaya


Hari ini merupakan hari bersejarah bagi kaum wanita, ya diperingati sebagai hari Kartini. Mengapa hari Kartini jatuh tanggal 21 April? Karena ini merupakan hari kelahiran ibu Kartini. Tokoh pejuang emansipasi wanita yang lahir di kota Jepara dan menikah dengan seorang bupati Rembang. Di masa muda Raden Ajeng Kartini, wanita tidak boleh mengenyam pendidikan. Sehingga membuat RA Kartini tergerak hatinya untuk merubah paradigma itu.
RA Kartini mendirikan sekolah keputrian untuk para wanita di daerahnya. Mereka belajar membaca, menulis, menjahit, menyulam dan lainnya. Para wanita dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan yang cukup sebagai seorang ibu rumah tangga. Kartini wafat dalam usia yang masih muda yaitu 25 tahun setelah  melahirkan anak pertamanya. 
Bagaimana kita meneruskan perjuangan Kartini? Wanita(baca:ibu) merupakan madrasah pertama bagi anak-anaknya. Sebagai madrasah pertama dibutuhkan pengetahuan yang cukup dalam mendidik anak, maka wanita perlu belajar (baca:sekolah). Kartini berjuang agar wanita diberi kesempatan yang sama dengan laki-laki. Kartini suka membaca buku, koran, dan bacaan lainnya. Pengetahuannya sangat luas. Karena sebagai anak bangsawan, Kartini punya kesempatan untuk sekolah meski hanya sampai usia 12 tahun, karena setelah 12 tahun harus dipingit. Kartini bisa berbahasa Belanda sehingga sering berkirim surat ke teman-teman di Belanda. Kartini menuliskan tentang keprihatinan wanita pribumi yang diperlakukan beda dengan laki-laki. Karena kegemaran membacanya, Kartini suka menuliskan pemikirannya di majalah wanita Belanda De Hollandsche lelie dan dimuat. Perjuangan Kartini inilah yang harus kita lanjutkan. Kegemaran membaca dan menulis bisa membawa perubahan kepada wanita Indonesia. 
Kartini identik dengan kebaya, begitu yang sering terjadi. Setiap tanggal 21 April banyak kita temui kegiatan dengan mewajibkan berkebaya bagi wanita. Tidak ada yang salah dengan pakaian kebaya dan itu sah-sah saja. Tetapi ada yang lebih penting dari pakaian kebaya. Literasi Kartini sering terlupakan. Memperingati hari Kartini tak cukup dengan kebaya tetapi sampai di mana kita melanjutkan perjuangan beliau untuk kemajuan wanita Indonesia. Kartini berharap wanita mempunyai hak yang sama dalam mengenyam pendidikan.
Memperingati hari Kartini tanpa Kebaya, mengapa tidak? Peduli lingkungan, kegiatan sosial, membaca buku dan berkontribusi di perpustakaan, menulis, serta bentuk literasi lainnya merupakan contoh riil meneruskan perjuangan RA Kartini. Mari kita melanjutkan perjuangan RA Kartini dan tetap  menjadi wanita yang menghormati kaum laki-laki.